Peran PMII Dalam Membangun Masa Depan Bangsa
Purwokerto - Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) terlahir tidak hanya dari keterpaksaan keadaan , namun juga terlahir dari persatuan tujuan. Dari sekian banyak persepi yang berbeda kemudian disatukan oleh kepentingan bersama demi menjamin kemaslahatan umat. Kaum pergerakan, begitulah biasanya orang menyebutnya. Mereka rela meninggalkan keegoisan hanya untuk mementingkan nasib rakyat dengan semangat pergerakan yang ditumbuhkan dari ceceran konstitusional yang terbentuk dari rumusan bhineka tunggal ika.
Akhir-akhir ini banyak rumor yang menjadi buah bibir dikalangan masyarakat, baik di desa maupun di kota, tentang negara kita indonesia di masa depan. Indonesia diperkirakan akan menjadi target selanjutnya setelah negara-negara Islam di daerah Timur Tengah dihancurkan karena negara ini salah satu negara dengan jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia. Keramahan bangsa Indonesia terhadap bangsa asing tidak menutup kemungkinan negara asing akan besikap baik dengan kita, karena bukan hanya masalah kepribadian yang bersifat individual tapi menyakut ideologi yang tumbuh dalam pribadi masing-masing individu. Rumor lain yang berkembang yaitu tentang Indonesia yang akan menjadi empat negara terkuat setelah Cina, Amerika Serikat, dan India yang di prediksikan akan terjadi sekitar tahun 2050 dengan diawali Indonesia yang akan mengalami masa keemasannya pada tahun 2045 dimana pada saat itu Indonesia mencapai umur nya yang ke 100 tahun. Namun yang menjadi pertanyan disini adalah. Dengan apa kiranya indonesia akan mencapai fase itu? jika sekarang saja rasa saling percaya terhadap agama sudah tidak ada, rasa peduli generasi muda entah dimana, apa dengan keegoan mereka negara ini akan dibangun. atau dengan pertikaian, negara ini dikembangkan. Bukan sikap pesimisme atau ketidak percayaan saya terhadap bangsa ini. Tapi sadarkah mereka yang bercerita indonesia akan menjadi negara adidaya dengan keadaan bangsa yang seperti ini.
Yang menjadi masalah adalah bagaimana bangsa ini akan dirubah jika generasi bangsanya saja masih bangga mengikuti bangsa lain, masih belum adanya rasa saling percaya antar sesama dan masih belum adanya rasa peduli terhadap negaranya, baik rasa peduli dalam bentuk cinta atau dalam bentuk rasa memiliki, mereka lebih acuh dengan produk lokal dan mengunggul-unggulkan produk asing. Bukan hanya itu, yang lebih memprihatinkan lagi bahwa banyak budaya bangsa lain ditiru oleh bangsa kita, dengan mudahnya hal itu menjadi kebiasaan bangsa ini. Jika sudah seperti ini, bagaimana mungkin bangsa kita akan bangga terhadap budayanya sendiri. Maka harus ada pemahaman lebih tentang negara kita sendiri apakah undang-undangnya yang salah atau pemerintahannya yang harus dirubah. Yang jelas adalah, kurangnya rasa pemahaman bangsa kita terhadap pribadi mereka sendiri, mereka hanya bangga negara nya menjadi negara terkaya namun diam ketika kekayaan nya diambil bangsa asing, dengan bangga nya mereka berkata, ”Negeriku kaya dan makmur aku bangga jadi anak bangsa ini” tanpa peduli apakah mereka bisa menikmatinya atau tidak? miris namun seperti inilah yang terjadi, bahkan sebagian dari mereka dengan bangganya menipu saudara dan bangsanya yang telah membesarkan dan memberikan lingkungan kehidupan untuknya.
Maka dari itu, disinilah sebenarnya peran penting kaum pergerakan, peran penting PMII dalam membangun masa depan bangsa. Yakni bagaimana seharusnya PMII bisa membawa arah masa depan bangsa ini dengan tetap mempertahankan ideologi bangsa serta jiwa nasionalisme.
Berangkat dari sejarah berdirinya PMII pada tahun 1960 bahwa organisasi ini berdiri tidak berjalan mulus, banyak hambatan dan rintangan, namun justru kemauan keras anak – anak muda pada saat itu tak pernah luntur, bahkan semakin berkobar saja dari kampus ke kampus. Hal ini bisa dimengerti karena kondisi sosial politik pada saat itu sangat memungkinkan untuk lahirnya organisasi baru. Selain itu PMII juga lahir karena menjadi suatu kebutuhan dalam menjawab tantangan zaman, meskipun berdirinya PMII bermula dengan adanya hasrat kuat para mahasiswa NU untuk mendirikan organisasi mahasiswa yang berideologi Ahlussunnah Wal Jama’ah bukan berarti ini menjadi faktor pendorong satu satunya. Faktor kondisi sosial, politik, ekonomi juga berpengaruh.
Di sadari atau tidak sebagai kaum pergerakan, PMII insyaf dan yakin serta bertanggung jawab terhadap masa depan kehidupan bangsa yang sejahtera, selaku penerus perjuangan dalam mengisi kemerdekaan indonesia yakni dengan pembangunan material dan spiritual terhadap bangsa ini. PMII selaku generasi muda indonesia harus sadar akan perannya untuk ikut serta bertanggung jawab bagi berhasilnya pembangunan yang dapat dinikmati secara merata oleh seluruh rakyat, menjunjung tinggi nilai – nilai moral dan idealisme, menuntut berkembangnya sifat kreatif, keterbukaan dalam sikap serta pembinaan rasa tanggung jawab. Hal ini jelas bahwa PMII dengan independensinya tidak terikat dalam sikap dan tindakan kepada siapapun dan hanya komitmen dengan perjuangan organisasi dan cita – cita perjuangan nasional yang berlandaskan Pancasila.
Hari ini saya tertawa, kecewa bahkan menangis, akan seperti apa bangsa ini sepuluh tahun yang akan datang, akankah menjadi negara terkuat seperti yang diramalkan atau malah jadi bangsa yang bobrok ideologi dan nasionalismenya karena ke-egoan individu yang tidak pernah padam. Peran partai politik yang harusnya menjadi teladan dan penggerak bangsa justru menjadi gudangnya koruptor negara, para birokrat saling mengatur siasat untuk menjerat para rakyat, para dewan rakyat yang seharusnya menjadi aspirasi malah menjadi pendukung politisi, mana yang harus kami percayai saat ini? ideologi ternodai, agama hanya menjadi alat bantu pribadi, tidak ada lagi jiwa ketuhanan, sehingga hilang rasa empati dan hati nurani mereka karena ada tuhan lain yang lebih bisa memberikan mereke kemewahan dan sanjungan yaitu uang dan jabatan.
Jangan sampai kita sebagai kaum pergerakan terjebak dalam posisi yang salah, jangan sampai kita terlena hanya karena jabatan. Bagaimana seharusnya kita menerapkan Tri Darma Perguruan Tinggi, peran kita sebagai agen perubahan, control sosial, dan iron stok. Sudah saatnya kita membuka mata, membangkitkan kembali semangat pergerakan sebagai manifestasi jiwa nasionalisme, semangat perjuangan bangsa dalam berbagai aspek yang hampir padam. Masa depan bangsa ini ada ditangan kita.
Namun disini saya tidak menitikberatkan tentang kritikan terhadap bangsa ini, tapi bagaimana bangsa ini akan menjadi bangsa yang nyata dengan adanya satu wadah pergerakan, peran PMII yang mampu membawa bangsa ini menjadi bangsa yang sesungguhnya, yakni memahami arti bangsa dan mengerti tugasnya. apakah bangsa hanya sebagai simbol nama-nama daerah atau bangsa itu memang bertujuan untuk memberikan kesejehteraan bagi rakyatnya. Jika kesejaahteraan rakyat yang kita anggap sebagai tugas kita, lalu apa yang terjadi sekarang? apakah bangsa ini sedang sakit atau lupa dengan tugasnya, jika sakit maka tugas kita bersama untuk menyembuhkannya, dan jika lupa maka tugas kita adalah untuk mengingatkanya bukan malah memberikan kritikan dengan mengatakan ketidakbecusan pemerintah mengatur rakyat, atau berorasi meminta keadilan dengan mengajak ribuan masa, tugas kita adalah memahami apa yang terjadi dan memberikan solusi dengan berdiskusi untuk tujuan mensejahterakan rakyat lewat bangsa ini.
PMII sebagai organisasi kemahasiswaan berusaha menggali nilai – nilai moral yang lahir dari keberpihakan insan kaum pergerakan, ada Nilai Dasar Pergerakan (NDP) yang kita punya bersumber dan berpijak dari nilai – nilai keislaman serta keindonesiaan. Selain itu NDP juga merupakan landasan ideologis, landasan berfikir dan berpendapat serta landasan setiap gerak langkah kebijakan yang harus dilakukan oleh kaum pergerakan dalam melakukan segala sesuatu serta membela kaum yang lemah. Ahlussunnah Wal Jama’ah sebagai metode berfikir kaum pergerakan menjadikan organisasi ini berbeda dengan yang lainnya, pola umum Aswaja sebagai aliran keagamaan yang membedakan adalah sikap Tawasuth (moderat), Tawazun (seimbang), Ta’adl (adil dan netral), Tasamuh (toleransi), sikap inilah yang senantiasa menghindarkan aswaja dari sikap ekstrim kiri ataupun kanan, dan ini merupakan metode berfikir yang pas untuk kita terapkan di indonesia.
Dengan adanya NDP serta nilai – nilai Aswaja ini tentunya menjadi kekuatan ideal dan kekayaan moral tersendiri bagi kaum pergerakan. Pusat argumentasi dan pengikat kebenaran dari kebebasan berfikir, berucap, dan bertindak dalam setiap aktifitas pergerakan. Tinggal bagaimana kita menerapkan ini semua sebagai landasan dan pijakan dalam setiap langkah gerak, kehidupan sehari – hari serta kehidupan berbangsa sebagai bentuk perjuangan terhadap bangsa ini, mempertahankan ideologi bangsa dengan nilai tersebut tanpa mengesampingkan nilai – nilai Pancasila serta produk hukum Undang – Undang yang berlaku di negeri kita.
Untukmu satu tanah airku....
Untukmu satu keyakinanku....
Salam Pergerakan !!!
Editor : Dul
Post a Comment